بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan ber-qurban-lah”. (QS Al-Kautsar 1-2)
“Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak disuatu tempat disisi Allah sebelum mengalir ditanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Tiada kata yang pantas senantiasa kita ucapkan sebagai seorang hamba yang diamanahi menjadi khalifah di bumi ini melainkan puja-puji atas kebesaran Allah Azza Wajalla. Tidak bisa terhitung oleh bilangan banyaknya kenikmatan dan karunia yang telah dan akan diberikan-Nya kepada kita semua. Sementara itu, Allah SWT mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Dia berikan. Kesyukuran kita akan menambah kecintaan Allah, salah satu buktinya adalah ditambah lagi karunia dan kenikmatan itu kepada manusia. Sehubungan dengan itu, Allah telah berjanji dalam Al Quran yaitu dalam QS.14 (Ibrahim): 7 yang artinya :
“Jika kamu bersyukur maka akan Ku tambah lagi nikmat-Ku, namun jika kamu kufur maka sungguh azab-Ku sangat pedih”
Untuk itu, salah satu ibadah yang sangat dianjurkan sebagai tanda
syukur kita kepada-Nya adalah ibadah qurban. Ibadah ini sudah ada sejak
zaman nabi Adam as, ketika beliau menganjurkan kedua putranya (Habil dan
Qabil) mempersembahkan qurban. Dikisahkan di dalam Al-Quran qurban
kedua putra nabi Adam as dilatar belakangi karena berlakunya syariat
pada zaman itu yaitu perkawinan silang antara anak perempuan pasangan
kembar yang satu harus menikah dengan dengan laki-laki pasangan kembar
yang lain. Ini dikarenakan setiap kali hamil, istrinya nabi Adam as
selalu melahirkan satu pasang anak kembar laki-laki dan perempuan.
Dengan demikian, saudara kembar Habil (yaitu seorang wanita yang tidak
terlalu cantik) harus menikah dengan Qabil begitupun sebimaknya saudara
kembar Qabil (seorang wanita yang berwajah cantik) harus menikah dengan
Habil. Di akhir kisah itu, keduanya berqurban dan qurban yang diterima
adalah Habil sedangkan qurban persembahan Qabil tidak diterima.Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa salah seorang di antara keduanya merupakan pengembala (Habil) sedangkan yang lainnya adalah petani (Qabil). Si Pengembala mempersembahkan hewan yang paling bagus, sedangkan yang lainnya mempersembahkan hanya beberapa dari hasil tanamannya. Ketika kedua persembahan itu diletakkan sebagai qurban, lalu datang api di antara kedua persembahan itu. Maka api itu melahap hewan yang bagus itu dan meninggalkan hasil tanaman tersebut. Jadi qurban Habil yang mempersembahkan yang terbaik itulah yang diterima Allah SWT sedangkan Qabil yang hanya mempersembahkan sekedarnya ditolak. Terkait dengan hal ini, Allah mengingatkan kita agar senantiasa memberikan yang terbaik.
“Kamu tidak akan sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu memberikan sebagian dari harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu berikan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya” (QS.3 (Ali Imron): 92
Sehubungan dengan hal di atas, dalam menghadapi ibadah qurban tahun
1436 H ini, SapiBima.com Insya Allah menyediakan hewan qurban (sapi)
terbaik yang berasal dari Bima NTB bagi kaum muslimin/muslimat yang
ingin beribadah qurban. Terbaik mengandung arti bahwa sapi
yang tersedia memiliki karkas yang tinggi, kualitas daging yang manis
dan enak, jaminan sumber makanan sapi yang alami (bukan diberikan
konsentrat ataupun suntikan) bahkan kebanyakan sapi yang dilepas liar,
serta harga yang relatif murah.Setiap tahun, umat Islam merayakan 2 hari raya yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Beberapa waktu yang lalu telah berlalu hari raya Idul Fitri 1436 H yang dilaksanakan setelah umat Islam melaksanakan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Dalam waktu yang dekat ini, kita semua umat Islam akan bersiap-siap merayakan hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Disebut hari raya qurban karena pada pada hari itu, dipersembahkan hewan qurban oleh umat Islam guna mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sebagai tanda syukur kepada-Nya. Allah berfirman dalam Al Quran :
“Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan
ber-qurban-lah” (QS Al-Kautsar 1-2)
Dalam beribadah qurban, niat yang ikhlas merupakan awal kualitas dari
ibadah qurban itu sendiri. Karena Allah tidak pernah melihat dari
berapa sapi atau kambing yang kita korbankan, bahkan Allah tidak pernah
melihat berapa harga sapi atau kambing yang kita korbankan. Allah
sekedar ingin melihat sampai mana ketaqwaan kita. Allah berfirman dalam
QS. 22 (Al Hajj): 37
“Daging-daging dan darah (hewan qurban) itu tidak sampai kepada Allah tetapi yang sampai kepada-Nya ialah ketaqwaan dari kamu”
Dikisahkan, ketika menjelang perang Badar yang sangat monumental,
terlihat antrian panjang umat Islam untuk memberikan apapun yang
dimilikinya untuk persiapan menghadapi perang tersebut. Dalam antrian
itu terlihat seorang nenek tua membawa seutas tali. “Aku telah tua
renta, tidak dapat memberikan tenagaku. Akupun tidak memiliki harta
benda. Yang aku punya hanyalah seutas tali ini. Terimalah, dan bawalah
ke medan perang”. Perang pecah, banyak petinggi kafir Quraisy terbunuh,
beberapa lainnya tertawan. Salah satu pemimpin kafir Quraisy juga
tertawan, dan tidak ditemukan seutas talipun, kecuali talinya si nenek
tadi. Di mata manusia, dalam ukuran dunia, pemberian si nenek tidak ada
artinya apa-apa. Namun keikhlasan nenek itulah yang dilihat Allah,
sehingga perbuatannya diangkat Allah pada derajat yang tinggi, diberi
kehormatan untuk mengikat petinggi kafir Quraisy yang tertawan, dicatat
dalam buku sejarah dan diingat sampai hari ini.Selanjutnya, niat yang ikhlas yang didasari oleh ketaqwaan itu harus diiringi dengan pemilihan hewan qurban yang layak sesuai dengan yang telah disyariatkan agama yaitu sudah memiliki umur yang cukup dan bebas dari cacat fisik maupun penyakit. Hal ini sangat penting, karena daging dari hewan qurban tersebut akan dikonsumsi oleh umat. Jika hewan qurban mengandung penyakit, maka akan menimbulkan penyakit pada umat, ini berarti kita tidak berqurban tetapi justru membuat dosa karena mendholimi umat dengan memberikan mereka daging yang mengandung penyakit. Selain memenuhi syarat syariah tersebut juga perlu memilih yang terbaik dari kualitas daging misalnya daging yang enak dan nikmat serta jaminan bebas dari zat-zat kimia berbahaya baik dari sumber pakan maupun dari suntikan atau lainnya. Allah SWT berfirman :
“Kamu tidak akan sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu memberikan sebagian dari harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu berikan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya” (QS.3 (Ali Imran): 92
Diwariskan oleh Ibnu Umar bahwa Umar bin Khattab r.a. pernah memiliki
seekor unta istimewa yang diniatkannya sebagai hewan qurban. Lalu
seseorang ingin membelinya dengan harga 300 dinar. Maka Umar menanyakan
kepada Rasulullah saw apakah sebaiknya ia menjualnya agar dengan
harganya ia dapat membeli 30 unta biasa, untuk kemudian dipotong untuk
qurban? Namun Rasulullah saw. melarangnya dan berkata: ”Biarkan
unta itu milikmu saja yang kau jadikan hewan qurbanmu”. Berikan selalu
yang terbaik, yang paling kita sayangi, yang paling kita sukai.Demikian sepatah kata kami sampaikan. Atas perhatian, bantuan, dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.
Qurban untuk Taqwa dan menggapai ridha Allah SWT. Amin..
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Sapi-Bima